21 March 2019
- The day that changed my life -
Sebagaimana judul postingan ini, kalian pasti sudah bisa menebak mengapa tanggal 21 Maret 2019 aku katakan sebagai hari yang merubah hidupku. Yap, itu karena aku menjalani lasik surgery. Jujur, selama lebih dari 15 tahun tidak pernah terbayang sebelumnya aku akan menjalani operasi ini untuk mengurangi myopia ku. Simply karena aku merasa terlihat lebih proper saat mengenakan kacamata haha. Mungkin, hanya karena belum terbiasa. Mungkin juga karena risikonya. Ya, itu yang utama.
Menjalani lasik ini adalah kemauan orang tuaku. Berawal dari gagal di tahap tes kesehatan masuk salah satu BUMN karena tingginya myopia (rabun jauh) dan astigmatism (silinder) yang aku punya pada saat itu, membuat orang tuaku berpikir bahwa ini seperti obstacle bagiku untuk dapat bekerja di tempat tersebut. Fyi, kondisi myopia dan astigmatisme ku terakhir adalah OD -4.5 myopic, 0.75 astigmatism; OS -5.75 myopic, 1.0 astismatism. Sedangkan berdasarkan rumor yang beredar untuk masuk ke salah satu BUMN tersebut, maksimal minus mata adalah sekitar -4.00 hingga toleransi -4.5.
Berbicara soal lasik sendiri, terdapat dua macam lasik yang tersedia di SALC yakni lasik microkeratome dan lasik femto. Metode yang berbeda sudah pasti mempengaruhi harga yang ditawarkan. Aku sendiri sudah mendengar ReLEx SMILE yaitu metode lasik generasi terbaru dengan proses penyembuhan yang lebih cepat karena tidak adanya proses pembuatan flap sebagaimana dua jenis lasik sebelumnya. Sayangnya, ReLEx SMILE ini belum tersedia di rumah sakit mata di Surabaya. Pada awalnya aku memilih lasik femto karena melihat pengalaman teman yang sebelumnya juga memilih metode ini pada saat lasik di JEC. Namun, setelah mempertimbangkan kondisi kornea, dr. Irma Praminiarti, Sp. M, dokter yang menangani lasik surgery ku pada saat itu, lebih menyarankan microkeratome.
Hal yang perlu dipahami mengenai lasik itu sendiri adalah bahwa lasik hanya akan mengurangi minus mata yang ada saat ini namun tidak mencegah minus yang timbul di kemudian hari. Inilah mengapa lasik hanya boleh dilakukan apabila umur seseorang sudah mencapai 19 tahun karena pada umur tersebut minus diyakini tidak akan lagi bertambah. Akan tetapi, pada beberapa kasus mungkin kalian akan menemui beberapa orang yang mengalami peningkatan myopia hingga umur 30 tahun. Kondisi ini pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor genetis maupun faktor lingkungan (lingkungan kerja yang mengharuskan bekerja di depan PC secara terus menerus).
Pemeriksaan Mata
Tidak semua orang dapat menjalani lasik. Oleh karena itu, sebelum menjalani lasik perlu dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk menentukan apakah mata dinyatakan layak menjalani lasik. Pemeriksaan dilakukan ketika mata benar-benar dalam keadaan sehat dan bebas dari penyakit mata. Penggunaan soft lens pun harus berhenti selama minimal 2 minggu sebelum menjalani pemeriksaan guna mengembalikkan kondisi kornea pada keadaan normal. Proses pemeriksaan ini sendiri memerlukan waktu kurang lebih 1-2 jam. Pada akhir tahap pemeriksaan mata, pasien akan ditetesi Midriatyl untuk melihat kondisi syaraf mata yang kemudian akan membuat penglihatan sedikit buram dan silau untuk beberapa jam ke depan. Oleh karenanya ketika menjalani proses ini penting bagi pasien untuk ditemani orang terdekat atau tidak mengemudi sendirian.
Beberapa pertimbangan untuk lasik adalah sebagai berikut:
- Myopia: Usia mencapai 19 tahun, spheris -0.5 s/d -14.00 D dengan atau tanpa astimatism -0.5 s/d -5.00 D
- Hipermetropia: Usia mencapai 21 tahun, spheris +0.5 D s/d +5.00 D dengan atau tanpa astigmatis hingga +3.00 D
- Ukuran kacamata tidak berubah lebih dari 0.50 D selama satu tahun terakhir
- Tidak disarankan untuk: wanita hamil atau menyusui, pengidap diabetes, mempunyai riwayat kolagen, autoimune, dan sisa ketebalan kornea setelah diablasi kurang dari 250 u.
Lasik surgery
Proses lasik pada dasarnya hanya memerlukan waktu kurang lebih 10 menit dimulai dari proses corneal flap, corneal ablation (pengikisan permukaan kornea), hingga proses pengembalian flap kornea. Meskipun menggunakan bius lokal berupa obat tetes, aku sendiri tidak mengalami rasa sakit selama maupun pasca operasi. Setelah lasik dilakukan penglihatan tidak akan langsung mencapai 100%, namun berangsur membaik dari hari ke hari. Kontrol pun dilakukan pada satu hari, seminggu, dan juga sebulan setelahnya. Untuk menghindari komplikasi yang mungkin akan terjadi di samping kontrol yang dijadwalkan, pasien akan diberikan 2 (dua) obat tetes yaitu Tobradex dan Cenfresh/Cendo Lyters yang dipakai sesuai petunjuk dokter.
Banyak hal yang diperhatikan seusai melukan lasik, seperti tidak menggosok mata, menggunakan pelindung mata saat tidur selama satu minggu, tidak melakukan olahraga ringan selama seminggu, tidak berenang selama satu bulan, mata tidak boleh terkena air selama satu minggu, tidak menggunakan make up mata selama satu bulan dan lain sebagainya.
Obat tetes dan pelindung mata saat tidur
Hari ini adalah tepat seminggu setelah menjalani lasik. Penglihatan sudah dapat dikatakan mencapai 70% meskipun sesekali masih mengalami blur atau berbayang. Overall, aku pribadi cukup puas dengan keputusan menjalani lasik ini. Selain dari segi harga yang bisa dikatakan SALC ini cukup terjangkau dibandingkan dengan pengalaman teman yang menjalani lasik di JEC, lasik juga sangat membantu aku mendapatkan penglihatan yang lebih baik tanpa harus bergantung dengan kacamata.
Bagi kalian yang tertarik dan berminat untuk menjalani lasik, kalian dapat mengunjungi website SALC berikut untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar lasik dan dokter-dokter yang berpraktik di sana: www.rsmataundaan.co.id
- DAS -
- 9:42 AM
- 1 Comments
